NPM : 2021168
Kelas : 4 EB 08
ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH
SAKIT DENGAN
PENDEKATAN BALANCED SCORECARD
(Studi Kasus Pada RSUD
Prof. Dr. Soekandar Mojosari)
Nizar Alif Utama
Bambang Hariadi, M.Ec., Ak., CPA.
Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono
165, Malang Email: Nizar_utama@yahoo.co.id atau dbsd_malang@yahoo.co.id
ABSTRACT
RSUD Prof. Dr. Soekandar is a
government-owned hospital whose primary purpose is to provide social function
in delivering health services for society. As one of the government
institution, RSUD Prof. Dr. Soekandar should be able to provide performance measurement
both financial and non-financial to local government and society as service
users. Therefore, it is necessary to measure non-financial aspects instead of
measuring financial aspects only.
This research aims to measure the
performance of RSUD Prof. Dr. Soekandar according to four persepectives of
balanced scorecard, consisiting of: financial perspective, customer
perspective, internal business perspective and leraning & growth
perspective.
This research was conducted by
collecting datas for three years, from 2009 to 2011. Comparative analysis used
in this research to evaluate hospital performance between periods. While to
analyze customer and learning & growth perspective, researcher using the
calculation’s result of questionnaires that distributed to customer (patient)
and employees of RSUD Prof. Dr. Soekandar.
The hospital performance measurement
results show that the overall performance of RSUD Prof. Dr Soekandar is good
enough seen from four perspectives of balanced scorecard.
Keywords: Balanced Scorecard, Financial
Perspective, Customer Perspective,
Internal
Business Process Perspective,
Learning and Growth
Perspective
PENDAHULUAN
Pengukuran kinerja telah menjadi topik yang hangat
di banyak negara maju. Perusahaan-perusahaan nasional maupun internasional
berusaha menjadi yang terdepan dalam mewujudkan lingkungan yang kompetitif.
Selama ini, pengukuran kinerja hanya dilakukan secara tradisional dan hanya
menitikberatkan pada sisi finansial atau keuangan saja. Perusahaan dengan
pencapaian hasil keuangan yang tinggi dianggap sebagai perusahaan yang
berhasil. Padahal, dalam mengukur kinerja suatu perusahaan tidak bisa hanya
melihat dari sisi keuangan, tetapi juga non keuangan. Dengan hanya melihat
ukuran-ukuran keuangan atau finansial saja tidak akan dapat memberikan gambaran
yang riil mengenai keadaan perusahaan. Hal ini justru akan memberikan hasil
yang menyesatkan. Untuk mengatasi kekurangan ini, maka diciptakan suatu metode
pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan empat
aspek, antara lain keuangan atau finansial, pelanggan, proses bisnis internal
serta proses belajar dan berkembang. Upaya untuk menyeimbangkan pengukuran
aspek keuangan dengan aspek non keuangan menghasilkan suatu Balanced
Scorecard, yang pertama kali dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1996).
Dengan menerapkan metode Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan
mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini
dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang.
Rumah sakit pada umumnya
difungsikan untuk melayani masyarakat dan menyediakan sarana kesehatan untuk
masyarakat, bukan untuk mencari keuntungan semata. Didalam organisasinya
terdapat banyak aktivitas, yang diselenggarakan oleh pihak-pihak dari berbagai
jenis profesi, baik profesi Dokter, karyawan administrasi, petugas pelayanan
dan beberapa profesi lainnya. Untuk dapat menjalankan fungsinya, diperlukan
suatu sistem manajemen menyeluruh yang dimulai dari proses perencanaan
strategik (renstra), baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Suatu
renstra dapat disebut baik apabila perencanaan tersebut dapat ditindaklanjuti
secara praktis ke dalam program-program operasional yang berorientasi kepada economic
- equity - quality. Artinya rumah sakit dikelola secara efektif dan
efisien, melayani segala lapisan masyarakat dengan meberikan pelayanan yang
berkualitas. Rumah sakit dituntut untuk mampu memberikan pelayanan memuaskan,
profesional dengan harga bersaing, sehingga strategi dan kinerja rumah sakit
tersebut harus berorientasi pada keinginacn pelanggan (pasien) tersebut. Untuk
itu diperlukan pengukuran dengan Balanced Scorecard (BSC) yang
diharapkan dapat menjawab tuntutan dan tantangan zaman.
Rumah sakit umum daerah
merupakan instansi dibawah naungan pemerintah daerah yang bergerak di bidang
sektor publik dengan memberikan pelayanan jasa kesehatan. Pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh rumah sakit
umum daerah
|
bersifat
|
sosial
|
dan ekonomi
dengan lebih mengutamakan
|
|
pelayanan
|
kesehatan yang terbaik bagi masyarakat. Rumah sakit umum daerah
|
|||
sebagai
|
salah
|
satu
|
instansi
|
pemerintah harus
mampu memberikan
|
pertanggungjawaban baik secara finansial
maupun non finansial kepada pemerintah daerah dan masyarakat sebagai pengguna
jasa. Oleh karena itu perlu
adanya suatu pengukuran kinerja yang
tidak hanya melihat aspek finansial rumah sakit saja, tetapi juga aspek non
finansialnya. Balanced Scorecard merupakan pilihan yang tepat untuk
melakukan pengukuran kinerja baik dari aspek finansial atau keuangan maupun non
finansial.
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja merupakan hasil
evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kiteria
yang telah ditetapkan bersama (Stephen Robbins dalam Rai, 2008). Sehingga,
dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan merupakan tampilan kondisi atas hasil
evaluasi kegiatan-kegiatan ataupun pekerjaan yang telah dilakukan dengan
melihat perbandingan atas pencapain target terhadap kriteria-kriteria yang
telah ada dan disusun oleh perusahaan sebelumnya.Tujuan sistem pengukuran
kinerja (Mardiasmo, 2002 : 122) adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mengkomunikasikan strategi secara
lebih baik (top down dan bottom up)
b.
Untuk mengukur kinerja finansial dan non
finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian
strategi
c.
Untuk mengakomodasi pemahaman
kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal
congruence, dan
d.
Sebagai
alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual
dan kemampuan kolektif yang rasional. Sedangkan
manfaat sistem pengukuran kinerja adalah:
1.
Menelusuri kinerja terhadap harapan
pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan
membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan
kepada pelanggan.
2.
Memotivasi pegawai untuk melakukan
pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
3.
Mengidentifikasi berbagai pemborosan
sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction
of waste).
4.
Membuat suatu tujuan strategis yang
biasanya masih kabur menjadi lebih konkrit sehingga mempercepat proses
pembelajaran organisasi.
5.
Membangun konsensus untuk melakukan
suatu perubahan dengan memberi reward atas perilaku yang diharapkan itu.
Pengukuran
Kinerja dengan Sistem Tradisional
Dalam masyarakat tradisional, ukuran kinerja yang
biasa digunakan adalah ukuran kinerja keuangan. Pengukuran kinerja ini mudah
dilakukan sehingga kinerja personel yang diukur hanyalah yang berkaitan dengan
keuangan. Namun ukuran keuangan tidak dapat menggambarkan penyebab yang
menjadikanperubahan kekayaan yang diciptakan oleh organisasi dan lebih
memfokuskan pada pengerahan sumber daya organisasi untuk tujuan-tujuan jangka
pendek. Ukuran keuangan yang biasa digunakan adalah rasio-rasio keuangan yang
meliputi :
1.
Rasio likuiditas yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek bila jatuh tempo.
2.
Rasio leverage yang mengukur
hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang.
3.
Rasio aktivitas yang mengukur seberapa
efektif manajemen yang ditujukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan
investasi perusahaan.
4.
Rasio pertumbuhan yang mengukur
kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di dalam pertumbuhan
ekonomi dan industri.
5.
Rasio penilaian yang mengukur kemampuan
manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya
investasi.
Menurut Robert
S. Kaplan dan
David P. Norton
kelemahan-kelemahan
pengukuran
kinerja yang menitik beratkan pada kinerja keuangan yaitu :
1. Ketidak
mampuan mengukur kinerja harta-harta tidak tampak (intangible Assets)
dan harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.
2. Kinerja
keuangan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu perusahaan dan tidak
mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik.
Balanced
Scorecard
Balanced
Scorecard merupakan sistem pengukuran manajemen kinerja perusahaan
secara komprehensif yang meliputi aspek finansial dan non finansial. Dalam Balanced
Scorecard ukuran finansial yang menunjukkan kinerja masa lalu dilengkapi
dengan ukuran-ukuran non finansial yang menunjukkan penggerak (drivers) bagi
kinerja masa yang akan datang (Kaplan dan Norton, 1996:8).
Selanjutnya dalam
menerapkan Balanced Scorecard, Robert Kaplan dan David Norton,
mensyaratkan dipegangnya lima prinsip utama berikut:
1.
Menerjemahkan sistem manajemen strategi
berbasis Balanced Scorecard ke dalam terminologi operasional sehingga
semua orang dapat memahami
2.
Menghubungkan dan menyelaraskan
organisasi dengan strategi itu. Ini untuk memberikan arah dari eksekutif kepada
staf garis depan
3.
Membuat strategi merupakan pekerjaan
bagi semua orang melalui kontribusi setiap orang dalam implementasi strategis
4.
Membuat strategi suatu proses terus
menerus melalui pembelajaran dan adaptasi organisasi
5.
Melaksanakan agenda perubahan oleh
eksekutif guna memobilisasi perubahan.
Balanced Scorecard ini
lebih memiliki keunggulan-keunggulan dalam sistem pengukuran kinerja
perusahaan, beberapa keunggalannya diantaranya adalah:
1.
Balanced Scorecard tidak
hanya memperhatikan kinerja untuk tujuan jangka pendek, tetapi juga
memperhatkan tujuan jangka panjang perusahaan.
2.
Balanced Scorecard juga
mencakup ukuran-ukuran finansial dan non finansial yang mencerminkan
keterkaitan dalam suatu hubungan sebab akibat, dan bukan semata-mata kumpulan
ukuran-ukuran yang kompleks.
3. Dengan
tetap mempertahankan penekanan pada tujuan finansial (leading indicator), Balanced
Scorecard juga menyertakan penggerak (lagging indicator) untuk mencapai
tujuan finansial tadi. Jadi, perusahaan tetap berada di jalur hasil finansial
sambil memperhatikan kemajuan dalam membangun kapabilitas dan intangible asset
yang diperlukan untuk pertumbuhan di masa datang.
4. Balanced
Scorecard memandang kinerja tidak hanya dari perspektif internal
seperti proses bisnis internal, tetapi juga perspektif eksternal perusahaan
seperti perspektif pelanggan.
5. Balanced
Scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran kinerja, karena
Balanced Scorecard dapat digunakan sebagai kerangka bagi proses manajemen
strategik, artinya Balanced Scorecard dapat digunakan untuk mengklarifikasi,
mengkomunikasikan, dan mengelola strategi perusahaan.
Balanced
Scorecard pada
organisasi Nirlaba dan Organisasi Pemerintah
Seperti kita ketahui,
bahwa konsep Balanced Scorecard awal mulanya memang diciptakan untuk
kalangan perusahaan bisnis, dimana keuntungan merupakan tujuan dan motivasi
utama. Tetapi, seiring perkembangan zaman dan banyaknya keberhasilan penggunaan
Balanced Scorecard oleh perusahaan bisnis, kemudian banyak organisasi
nirlaba, seperti pemerintah dan organisasi sosial termasuk rumah sakit.
Tentunya, penerapan Balanced Scorecard dalam organisasi nirlaba
memerlukan penyesuiaan. Karena tidak seperti organisasi bisnis yang
berorientasi pada keuntungan, organisasi nirlaba umumnya didirikan dengan suatu
misi tertentu untuk melayani golongan masyarakat tertentu dengan jasa pelayanan
tertentu pula. Pendorong dan motivasi utamanya adalah pencapaiaan kebutuhan
pelanggan sebagai perwujudan misi pendiri dan bahkan jika perlu, rela mengalami
defisit dalam segi keuangan. Oleh karena itu ukuran utama yang perlu
diperhatikan adalah perspektif pelanggan untuk mencapai misi organisasi.
Berikut ini adalah model Balanced Scorecard untuk organisasi nirlaba
(Paul R. Niven dalam Iseu Tresiana):
Gambar 1 Balanced Scorecard
untuk organisasi Nirlaba (Paul R. Niven)
|
|
MISI
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perspektif
Pelanggan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perspektif
|
|
|
|
|
|
|
STRATEGI
|
|
Perspektif Proses
|
|
|
Keuangan
|
|
|
|
||
|
|
Inter
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perspektif
Pembelajaran
&
Pertumbuhan
Gasperz (2006:207)
menyatakan bahwa pemerintah seyogianya menjembatani kesenjangan antara
ekspatasi publik atau kebutuhan sosial dan penyerahan pelayanan publik yang
diberikannya. Organisasi pemerintahan merupakan sistem penyerahan pelayanan
publik (public service delivery system) kepada masyarakat. Di dalamnya
terdapat perbedaan-perbedaan perspektif. Balanced Scorecard yang
ditetapkan pada organisasi bisnis berorientasi pada keuangan (private
sector), sedangkan yang diterapkan pada pemerintah berorientasi publik (public
sector).
Penerapan Balanced
Scorecard organisasi pemerintah memerlukan beberapa penyesuaian (Gasperz
2006:210) karena hal-hal berikut:
1.
Fokus utama sektor publik adalah
masyarakat (publik) dan kelompok-kelompok tertentu (interest grups),
sedangkan fokus utama sektor swasta adalah pelanggan dan pemegang saham.
2.
Tujuan utama organisasi sektor publik
adalah bukan maksimalisasi hasil-hasil finansial, tetapi keseimbangan
pertanggungjawaban finansial (anggaran) melalui pelayanan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan (stakeholder) sesuai dengan visi dan misi organisasi
pemerintahan.
3.
Mendefinisikan ukuran dan target dalam
perspektif costumer atau stakeholder membutuhkan pandangan dan
kepedulian yang tinggi, sebagai konsekuensi dari peran kepengurusan
organisasi pemerintahan, dan membutuhkan definisi yang jelas serta strategis.
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel
Penelitian
Variabel-variabel yang
dianalisis dalam penelitian adalah kinerja persepektif keuangan (rasio ekonomi,
rasio efisiensi, rasio efektivitas), kinerja perspektif pelanggan (kepuasan
pasien, persentase akuisisi pasien), kinerja Perspektif proses bisnis internal
(persentase inovasi, persentase kunjungan rawat jalan, ALOS,
BOR, TOI, BTO, GDR, NDR) dan kinerja perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan (kepuasan karyawan, persentase retensi karyawan, tingkat
produktivitas karyawan)
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi adalah para pasien dan
karyawan RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari untuk menilai tingkat kepuasan
pasien dan karyawan RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari pada perspektif pelanggan
dan perpektif pembelajaran dan pertumbuhan. Metode pengambilan sampel untuk
pasien dan karyawan RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari adalah teknik pemilihan
sampel probabilitas, yaitu dengan pemilihan sampel acak sederhana (simple
random sampling), yang memberikan kesempatan yang dan bersifat tidak terbatas
pada setiap populasi untuk dipilih sebagai sampel. Jumlah pengambilan jumlah
sampelnya sesuai rumus Slovin. Dan untuk jumlah pasien RSUD Prof. Dr. Soekandar
adalah sebesar 1.175 orang, sehingga dari hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus slovin diperoleh sampel kepuasan pasiennya sebesar 92 pasien. Dan untuk
jumlah karyawan RSUD Prof. Dr. Soekandar pada tahun 2012 berjumlah 361 orang.
Sehingga, dari hasil perhitungan dengan rumus slovin diperoleh sampel untuk
karyawan sebesar 78 karyawan.
Metode Analisis
1.
Analisis kualitatif
Pada
analisis kulitatif ini sulit dilakukan pembenaran secara sistematis karena
lebih cenderung kepada penyampaian
perasaan atau wawasan yang terdiri klarifikasi visi, misi dan tujuan kedalam
rencana dan strategi RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari.
2.
Analisis
kuantitatif
Analisis
yang datanya dapat dihitung yang mengukur kinerja masing-masing perspektif.
Setelah data diolah, kemudian diberikan pembobotan skor. jika kinerja semua
aspek dalam perusahaan adalah “baik”. Skor diberikan berdasarkan rating scale
berikut:
Skor
|
Nilai
|
|
|
-1
|
Kurang
|
|
|
0
|
Cukup
|
|
|
1
|
Baik
|
|
|
Sumber : Mulyadi , 2001
Setelah total bobot skor
diperoleh, kemudian dilakukan pencarian rata-rata skor. Langkah selanjutnya
adalah membuat skala untuk menilai total skor tersebut apakah dikatakan
“kurang”, “cukup”, dan “baik”.
Berikut ini adalah
rumus-rumus yang digunakan untuk mengukur kinerja masing-masing perspektif:
1.
Kinerja Perspektif Keuangan
Untuk mengukur perspektif keuangan ini dilakukan dengan
menggunakan
instrumen pengukur value for money atau 3E yang
dikembangkan oleh Mardiasmo (2002:133-134). Instrumen tersebut terdiri dari 3E
yaitu:
a.
Rasio
ekonomi
Rasio ekonomi yaitu rasio yang
menggambarkan kehematan dalam penggunaan anggaran yang mencakup juga pengelolaan
secara hati-hati atau hemat dan tidak ada pemborosan.
|
Pengeluaran Institusi
|
|
|
Rasio
ekonomi =
|
|
X 100%
|
|
|
|
||
|
Anggaran Yang Ditetapkan
|
|
b.
Rasio
efisiensi
Rasio efisiensi yaitu rasio yang
menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang digunakan untuk
memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.
|
Pengeluaran dalam Rangka
memperoleh pendapatan
|
|
|
Rasio
Efisiensi =
|
|
X 100%
|
|
|
|
||
|
Realisasi Pendapatan
|
|
c.
Rasio
efektivitas
Rasio
efektivitas yaitu rasio yang menggambarkan berhasil atau tidaknya
institusi dalam
|
mencapai
|
tujuannya.
|
Dalam
|
hal ini
|
adalah dengan
|
|
||
membandingkan
|
realisasi
|
pendapatan
|
dengan
|
target
|
pendapatan yang
|
|
||
ditetapkan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Realisasi Pendapatan
|
|
|
|
||
Rasio
Efektivitas =
|
|
|
|
|
|
X 100%
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
Target
Pendapatan Yang ditetapkan
|
|
2.
Kinerja Perspektif Pelanggan a. Kepuasan Pelanggan
Pengukuran kepuasan pelanggan ini dilakukan dengan
survey melalui kuisioner. Kepuasan pelanggan mengukur rata-rata kepuasan
pelanggan dengan memberikan nilai pada jawaban kuisioner sesuai dengan tingkat
kepuasan yang dirasakan. Nilai yang diberikan adalah:
1: sangat tidak puas.
|
3: ragu-ragu
|
5: sangat puas
|
2: tidak puas.
|
4: puas
|
|
|
|
|
Dari hasil penjumlahan seluruh nilai yang diperoleh
dari seluruh responden akan diketahui pencapaian indeks kepuasan pelanggan,
seperti yang dirumuskan oleh Sugiyono (2002; 79) sebagai berikut:
IKP = PP
Dimana:
IKK = Indeks Kepuasan
Pasien
PP = Perceived Performance
Setelah diketahui IKK
dari seluruh responden kemudian digolongkan pada skala a. sangat tidak puas, b.
tidak puas, c. cukup, d. puas, dan e. sangat puas. Untuk menentukan skala ini
terlebih dahulu ditentukan indeks kepuasan minimal dan indeks kepuasan
maksimal, interval yang dapat dicari dari pengurangan antara indeks kepuasan
maksimal dengan kepuasan minimal di bagi menjadi lima seperti yang dirumuskan
oleh oleh Sugiyono (2002: 80) sebagai berikut:
IK maks = R x PP x EX maks
|
|
PP
|
= Banyaknya Pertanyaan
|
|
|
|
|
||
IK min = R x
PP x EX min
|
Dimana:R
|
= Jumlah
Responden
|
|
|
|
|
|||
Interval = (
IK maks – IK min )
|
EX min
|
= Skor minimal yang bisa
diberikan
|
|
|
|
|
|
||
|
|
EX maks
|
= Skor
maksimal yang bisa diberikan
|
|
b. Customer
acquisition dengan melihat jumlah pelanggan (Pasien)
baru yang berhasil rumah sakit peroleh
|
Jumlah Pelanggan Baru
|
|
|
Customer
acquisition =
|
|
X 100%
|
|
|
|
||
|
Jumlah Total Pelanggan
|
|
3.
Kinerja Perspektif Internal Bisnis
a. Inovasi
merupakan pengembangan yang dilakukan perusahaan agar dapat bertahan dalam
persaingan dengan para pesaing.
|
Jumlah jasa baru ditawarkan
|
|
|
Persentase
inovasi =
|
|
X 100%
|
|
|
|
||
|
Jumlah total jasa yang ada
|
|
b.
Dalam tahap proses operasi merupakan
tahapan dimana perusahaan berupaya untuk memberikan solusi kepada para
pelanggan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam hal ini yang
menjadi tolak ukur pada RSUD Prof. Dr. Soekandar untuk tahap operasinya adalah:
1.
Jumlah
kunjungan rawat jalan
Data diolah dari jumlah kunjungan rawat jalan di
RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari, pengukurannya:
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan (Baru
+ Lama)
RK =
Jumlah Hari Kerja Pada
Periode Waktu Yang sama
2. Jumlah kunjungan rawat inap
a.
ALOS
(Average Length of Stay)
ALOS
menurut Depkes RI adalah rata-rata lamanya pasien rawat inap dirumah
sakit,
pengukurannya:
|
Jumlah Hari
Perawatan Pasien Keluar
|
|
|
ALOS
=
|
|
X 100%
|
|
|
|
||
|
Jumlah pasien
keluar (hidup+mati)
|
|
b. BOR (Bed
Occupancy ratio)
BOR menurut Depkes RI
adalah rata-rata persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu,
pengukurannya:
Jumlah Hari Perawatan
Rumah Sakit
BOR =
|
X 100%
|
(Jumlah Tempat Tidur X Jumlah hari
dalam satuan waktu)
c. TOI (Turn
Over Internal)
TOI menurut Depkes RI adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya.Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur.
|
(Jumlah Tempat Tidur X Jumlah
hari) – Hari Perawatan RS
|
|
|
TOI =
|
|
X 100%
|
|
|
|
||
|
Jumlah Pasien Keluar (Hidup +
Mati)
|
|
d. BTO (Bed
Turn Over Rate)
BTO
menurut Depkes RI adalah frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu peride,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
|
Jumlah Pasien keluar (hidup
+mati)
|
|
|
BTO
=
|
|
X 100%
|
|
|
|
||
|
Jumlah Tempat Tidur
|
|
e.
GDR
(Gross Death Rate)
GDR
menurut Depkes RI adalah angka kematian umum untuk setiap penderita
keluar.
|
Jumlah pasien mati seluruhnya
|
|
|
GDR =
|
|
X 1000
|
|
|
|
||
|
Jumlah Pasien
keluar (hidup+mati)
|
|
f.
NDR
(Net Death Rate)
NDR
menurut Depkes RI adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
tiap-tiap
1000 penderita keluar.Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah
sakit.
|
Jumlah Pesien
mati > 48 jam
|
|
|
NDR
=
|
|
X 1000
|
|
|
|
||
|
Jumlah pasien
keluar
|
|
4.
Kinerja Perspektif Pembelajaran dan
pertumbuhan a. Kepuasan karyawan
Pengukuran kepuasan
karyawan ini dilakukan dengan survey melalui kuisioner. Kepuasan karyawan
mengukur rata-rata kepuasan karyawan dengan memberikan nilai pada jawaban
kuisioner sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Nilai yang diberikan
adalah:
1: sangat
tidak puas.
|
3: ragu-ragu
|
5: sangat
puas
|
2: tidak puas.
|
4: puas
|
|
Dari hasil penjumlahan
seluruh nilai yang diperoleh dari seluruh responden akan diketahui pencapaian
indeks kepuasan karyawan, seperti yang dirumuskan oleh Sugiyono (2002; 79)
sebagai berikut
Dimana: IKK = PP
IKK = Indeks Kepuasan
Karyawan
PP = Perceived Performance
Setelah diketahui IKK
dari seluruh responden kemudian digolongkan pada skala a. sangat tidak puas, b.
tidak puas, c. cukup, d. puas, dan e. sangat puas. Untuk menentukan skala ini
terlebih dahulu ditentukan indeks kepuasan minimal
dan indeks kepuasan
maksimal, interval yang dapat dicari dari pengurangan antara indeks kepuasan
maksimal dengan kepuasan minimal di bagi menjadi lima seperti yang dirumuskan
oleh oleh Sugiyono (2002: 80) sebagai berikut:
|
Dimana:
|
|
|
IK maks = R x
PP x EX maks
|
PP
|
= Banyaknya Pertanyaan
|
|
|
|
|
|
IK min = R x
PP x EX min
|
R
|
= Jumlah Responden
|
|
|
|
|
|
Interval = (
IK maks – IK min )
|
EX min
|
= Skor minimal yang bisa
diberikan
|
|
|
|
|
|
|
EX maks
|
= Skor
maksimal yang bisa diberikan
|
|
b.
Retensi
Karyawan
Retensi Karyawan merupakan kemampuan organisasi /
perusahaan untuk mempertahankan selama mungkin pekerja yang diminati perusahaan
dengan membandingkan jumlah karyawan yang keluar dengan jumlah seluruh karyawan
|
Jumlah Karyawan
yang Keluar
|
|
|
Retensi
Karyawan =
|
|
X 100%
|
|
|
|
||
|
Jumlah Total
Karyawan
|
|
c.
Produktivitas
karyawan
Produktivitas karyawan
ditunjukkan dengan perbandingan
antara laba
operasi
yang dicapai oleh rumah sakit dengan jumlah total karyawan pada tahun berjalan
Pendapatan
Produktivitas
Karyawan =
|
X 100%
|
Jumlah Total Karyawan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kinerja
Perpektif Keuangan
a.
Rasio Ekonomi
Tabel 1
Rasio Ekonomis RSUD Prof. Dr. Soekandar
selama tahun 2009 sampai 2011
Tahun
|
Pengeluaran
|
Anggaran Yang
|
Rasio
|
|
Institusi
|
Ditetepkan
|
Ekonomi
|
2009
|
Rp.
18.231.019.145
|
Rp.
20.250.315.802
|
90,03 %
|
2010
|
Rp. 19.415.760.752
|
Rp. 20.254.202.340
|
95,86 %
|
2011
|
Rp. 24.940.166.255
|
Rp. 26.520.364.590
|
94,04 %
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
Apabila melihat tabel
diatas, secara umum kinerja perspektif keuangan RSUD Prof. Dr. Soekandar untuk
rasio ini telah ekonomis. Karena kinerja keuangan institusi dikatakan ekonomis
apabila diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100%) untuk rasio ekonomi ini.
Dari tahun ketahun pengeluaran RSUD Prof. Dr. Soekandar tidak pernah melampaui
anggaran yang ditetapkan atau dengan kata lain realisasi pengeluaran selalu
lebih kecil bila dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Untuk
tahun 2009 rasio ekonomi RSUD Prof. Dr. Soekandar sebesar 90,03% hal ini
mengindikasikan bahwa realisasi pengeluaran RSUD Prof. Dr. Soekandar ditahun
2009 tidak melebihi anggaran yang ditetapkan. Dan pada tahun 2010 rasio ekonomi
RSUD Prof. Dr. Soekandar adalah sebesar 95,86 % hal ini menunjukkan bahwa
kinerja rasio ekonomi semakin baik. Ditahun 2011 rasio ekonomi RSUD Prof. Dr.
Soekandar adalah sebesar 94,04 %, angka ini masih menunjukkan bahwa kinerja
keuangan RSUD Prof. Dr. Soekandar masih ekonomis tetapi angka ini mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya, artinya ketercapaian target 100% realisasi
atas pengeluaran masih belum optimal. Untuk itu, RSUD Prof. Dr. Soekandar perlu
lebih memfokuskan diri dalam penyusunan anggaran sehingga anggaran yang telah
ditetapkan tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga dapat mencapai
target 100% atau mendekati.
b.
Rasio Efisiensi
Tabel 2
Rasio Efisiensi RSUD Prof. Dr. Soekandar
selama tahun 2009 sampai 2011
|
Pengeluaran Untuk
|
|
|
Tahun
|
Memperoleh
|
Realisasi Pendapatan
|
Rasio Efisiensi
|
|
Pendapatan
|
|
|
2009
|
Rp.
16.649.521.797
|
Rp.
6.111.001.344
|
272,45%
|
2010
|
Rp.
16.731.891.092
|
Rp.
12.386.353.655
|
135,08%
|
2011
|
Rp. 22.758.662.179
|
Rp. 14.760.694.954
|
154,18%
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
Dari total pengeluaran
untuk memperoleh pendapatan, terdiri dari 5 pos utama, yaitu belanja tidak
langsung, belanja barang dan jasa, belanja jasa
pelayanan, BOP rumah Sakit, belanja
investasi. Berikut ini adalah tabel rincian pengeluaran untuk memperoleh
pendapatan tahun 2009-2010:
Tabel 3
Realisasi biaya untuk memperoleh
pendapatan RSUD Prof. Dr. Soekandar selama tahun 2009 sampai 2011
Pos
Pengeluaran
|
|
Tahun
|
|
|
|
|
2009
|
2010
|
2011
|
Belanja
|
Tidak
|
Rp.
|
Rp.
|
Rp.
|
Langsung
|
|
6.154.697.142
|
7.225.223.963
|
8.399.496.691
|
Belanja
|
Barang
&
|
Rp.
428.173.193
|
Rp.
|
Rp.
444.215.707
|
Jasa
|
|
|
1.800.901.356
|
|
Belanja
|
Jasa
|
Rp.
|
Rp.
|
Rp.
|
Pelayanan
|
2.555.409.450
|
4.818.815.682
|
5.871.253.489
|
|
BOP Rumah
Sakit
|
Rp.
|
Rp.
|
Rp.
|
|
|
|
2.970.187.150
|
4.687.851.447
|
5.560.463.499
|
Belanja
Investasi
|
Rp.
|
-
|
Rp.
|
|
|
|
4.969.228.055
|
|
2.927.448.500
|
TOTAL
|
Rp.
|
Rp.
|
Rp.
|
|
|
|
16.649.521.797
|
16.731.891.092
|
22.758.662.179
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
Penentuan pos
pengeluaran tersebut didasarkan atas diskusi dengan bagian keuangan terkait
dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan. Dari tabel
diatas, dari tahun 2009, 2010, dan 2011 rasio efisiensi RSUD Prof. Dr.
Soekandar tidak efisien. Karena kinerja keuangan institusi dikatakan efisien
apabila diperoleh nilai rasio efisiensi kurang dari 100% (x < 100%). Dari
tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio efisiensi ditahun 2009 adalah sebesar
272,45% dan ditahun 2010 turun menjadi 135,08% dan ditahun 2011 menjadi
154,18%. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa ditahun 2009 rasio efisiensi
sangat tidak efisien karena ditahun ini rasio ini menunjukkan angka 272,45%
artinya RSUD Prof. Dr. Soekandar mengeluarkan biaya 2 kali lipat dari
pendapatan yang dapat direalisasikan ditahun 2009. Dan ditahun 2010, rasio
efisiensi sudah mulai menurun menjadi 135,08% hal ini menunjukkan bahwa kinerja
keuangan RSUD Prof. Dr. Soekandar mulai mengarah pada efisien meskipun masih
belum efisien, sebab dapat dikatakan efisen apabila diperoleh nilai rasio
efisiensi kurang dari 100% (x < 100%). Sudah mulai efisiennya kondisi
keuangan ini disebabkan dari peningkatan realisasi pendapatan yang semakin
besar yaitu sebesar Rp. 12.386.353.655 dibandingkan ditahun 2009 yang realisasi
pendapatannya hanya sebesar Rp. 6.111.001.344 atau 2 kali lipat dibandingkan
realisasi tahun 2009, sedangkan pengeluaran untuk memperoleh pendapatan hampir
tetap yakni Rp. 16.731.891.092 ditahun 2010 dan Rp. 16.649.521.797 ditahun
2009. Dan untuk tahun 2011 rasio efisiensi kembali naik menjadi 154,18. Ditahun
2011 ini kenaikan rasio efiensi disebabkan oleh besarnya pengeluaran untuk
memperoleh pendapatan sebesar Rp. 22.758.662.179 dibandingkan tahun 2009 dan
2010 yang hanya Rp. 16.731.891.092 dan Rp. 16.649.521.797. Sedangkan realisasi
pendapatan hanya naik sebesar Rp. 2.374.341.299 atau hanya
naik
19% dibandingkan tahun 2010, sehingga rasio efisiensi ditahun 2011 kembali
naik.
c.
Rasio Efektivitas
Tabel 4
Rasio Efektivitas RSUD Prof. Dr.
Soekandar selama tahun 2009 sampai 2011
Tahun
|
Realisasi
Pendapatan
|
Target
|
Rasio
|
|
|
Pendapatan
|
Efektivitas
|
2009
|
Rp.
6.111.001.344
|
Rp.
7.700.000.000
|
79,36%
|
2010
|
Rp.
12.386.353.655
|
Rp. 12.117.750.000
|
102,22 %
|
2011
|
Rp.
14.760.694.954
|
Rp.
14.759.841.250
|
100,01%
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
Apabila dilihat dari
tabel diatas, peroleh pendapatan atau realisasi pendapatan bersifat fluktuatif.
Di tahun 2009 rasio efektivitas sebesar 79,36% , dan untuk tahun 2010 rasio
efektivitas berada di angka 102,22%, sedangkan pada tahun 2011 rasio efektivitas
sebesar 100,01%.
Melihat dari penetapan
anggaran dan realisasi untuk penentuan indikator evektivitas ini, rasio
efektivitas untuk RSUD Prof. Dr. Soekandar ditahun 2009 masih belum efektif.
Hal ini dapat dilihat dari rasio efektivitas yang jauh dari angka 100%. Ditahun
2009 target pendapatan yang ditetapkan adalah Rp. 7.700.000.000, sedangkan
realisasi pendapatannya hanya Rp. 6.111.001.344. Artinya terdapat selisih
kurang atas realisasi pendapatan sebesar Rp. 1.588.998.656 dari anggaran.
Meskipun begitu rasio efektivitas RSUD Prof. Dr. Soekandar ini dari tahun
ketahun cenderung menunjukkan arah perbaikan, dimana pada tahun 2010 rasio
efektivitas sebesar 102,22% artinya terdapat selisih lebih realisasi pendapatan
sebesar Rp. 268.603.655 dari anggarannya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
keuangan RSUD Prof. Dr. Soekandar sudah efektif, terbukti dari tercapainya
anggaran yang telah dibuat sebelumnya. Untuk tahun 2011 rasio efektivitas RSUD
Prof. Dr. Soekandar sebesar 100,01% atau hampir mendekati 100%.
Kinerja
Perpektif Pelanggan
a.
Kepuasan Pasien
Dari data yang telah
dikumpulkan dari hasil kuisioner dapat ditentukan interval kepuasan pasien RSUD
Prof. Dr. Soekandar yang digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien.
Penetapan tingkat kepuasan pasien secara keseluruhan didasarkan pada skala yang
digunakan untuk pengolahan data, yakni:
IK Maks
|
=
|
PP x R x EXMaks
|
|
|
|
Dimana:
|
|
|
|||
|
=
|
25 x 93 x 5
|
|
|
|
|
=
|
11625
|
PP
|
: Jumlah Item Pertanyaan
|
|
IK Min
|
=
|
PP x R x EXMin
|
|
||
|
|
|
|||
|
=
|
25 x 93 x 1
|
R
|
: Jumlah
Responden
|
|
|
=
|
2325
|
EXMaks: Skor
maksimal yang diberikan
|
|
|
Interval
|
=
|
(Ikmaks – Ikmin) : 5
|
|
||
|
|
|
|||
|
=
|
(11625-2325) / 5
|
Exmin
|
: Skor minimal
yang diberikan
|
|
|
=
|
1860
|
|
|
|
|
|
|
|
Sehinga skala tingkat
kepuasan karyawan dapat dikategorikan sebagai berikut:
2325
- 4185
|
Sangat Tidak Puas
|
7908
- 9768
|
Puas
|
4186
- 6046
|
Tidak Puas
|
9769
- 11629
|
Sangat Puas
|
6047
- 7907
|
Cukup Puas
|
|
|
|
|
|
|
Dari hasil penyebaran
kuisioner kepada Pasien RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari. Diperoleh hasil
indeks kepuasan karyawan sebesar 9169. Sehingga, dari hasil ini menunjukkan
bahwa pasien di RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari dapat dikategorikan puas
terhadap kinerja RSUD Prof. Dr. Soekandar. Pasien dikatakan puas apabila berada
pada interval 7908 – 9768.
b.
Customer Aquisition
Tabel 5
Customer Aquisition RSUD
Prof. Dr. Soekandar selama tahun 2009 sampai 2011
Tahun
|
Pasien Rawat Jalan
|
Persentase
Keberhasilan
|
|
|
Baru
|
Total
|
Mengakuisi pasien
|
2009
|
10.935
|
51.821
|
21%
|
2010
|
11.220
|
57.418
|
20%
|
2011
|
10.958
|
58.524
|
19%
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
Berdasarkan tabel diatas
dapat kita lihat bahwa akuisisi pasien pada RSUD Prof. Dr. Soekandar dari tahun
ketahun mengalami penurunan. Pada tahun 2009, nilai akuisisi pasien adalah
sebesar 21%, sedangkan di tahun 2010 nilai akuisisi turun menjadi 20% dan 19%
untuk nilai akuisisi terjadi di tahun 2011. Apabila dilihat dari tren tersebut,
secara umum menunjukkan bahwa akuisisi atas pasien baru kurang baik. Hal ini,
dapat dilihat dari tren yang semakin menurun.
Kinerja Perspektif Internal Bisnis
a.
Tahap Inovasi
Tabel 6
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan RSUD Prof.
Dr. Soekandar selama tahun 2009 sampai 2011
Tahun
|
Jumlah Inovasi
|
Jumlah Total
|
Persentase
|
|
Pelayanan Kesehatan
|
Pelayanan Kesehatan
|
Inovasi
|
|
|
yang Diberikan
|
|
2009
|
-
|
21
|
0%
|
2010
|
1
|
22
|
5%
|
2011
|
-
|
22
|
0%
|
Sumber: Data Sekunder
Diolah, 2012
Selama tahun 2009 sampai
2011, hanya terjadi penambahan satu jasa pelayanan kesehatan baru yang
ditawarkan yakni poliklinik jiwa yang ada di tahun 2010. Proses inovasi di RSUD
Prof. Dr. Soekandar ini memang masih bersifat fluktuatif. Ditahun 2009 jumlah
jasa baru yang ditawarkan tidak ada sehingga persentase inovasi RSUD Prof. Dr.
Soekandar adalah sebesar 0%,
sedangkan ditahun 2010 telah terjadi
satu penambahan jasa baru yang semula hanya ada 21 jenis jasa pelayanan
kesehatan yang ditawarkan menjadi 22 jasa pelayanan kesehatan, sehingga
persentase inovasi yang dilakukan ditahun 2010 adalah sebesar 5%. Dan ditahun
2011 tidak ada jasa pelayanan kesehatan baru yang ditawarkan sehingga
persentase inovasi RSUD Prof. Dr. Soekandar untuk tahun 2011 adalah sebesar 0%.
b.
Tahap Operasi
1.
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan
Tabel 7
Rata-rata Kunjungan Rawat Jalan per hari
RSUD Prof. Dr. Soekandar selama tahun 2009 sampai 2011
INDIKATOR
|
|
TAHUN
|
|
Rata-rata
|
|
2009
|
2010
|
2011
|
|
Rata-rata Kunjungan rawat Jalan
|
|
|
|
|
perhari
|
142
|
157
|
160
|
153
|
(RK)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
Berdasarkan tabel
diatas, dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun rata-rata kunjungan rawat jalan
sellau meningkat. Kenaikan ini menunjukkan bahwa citra RSUD Prof. Dr. Soekandar
semakin tahun semakin menunjukkan peningkatan. Sehingga, semakin tahun rata-rata
kunjungan pasien rawat jalan semakin meningkat.
2.
Jumlah Kunjungan Rawat Inap
Indikator yang digunakan untuk mengukur
kinerja bisnis internal ini adalah
rasio-rasio yang menunjukkan kualitas
pelayanan suatu rumah sakit. Berikut ini adalah standar nilai rasio yang
digunakan untuk mengukur perspektif bisnis internal ini berdasarkan Ditjen Bina
Yanmed tahun 2005:
Tabel 8
Standar Ideal Rasio-rasio terkait dengan
Pelayanan Rumah Sakit berdasarkan Ditjen Bina Yanmed
Rasio
|
Standar Ideal
|
BOR
|
60-85%
|
ALOS
|
6-9 Hari
|
BTO
|
40-50 Hari
|
TOI
|
1-3 Hari
|
GDR
|
Tidak Lebih dari 45 per 1000 pasien keluar
|
NDR
|
Tidak Lebih
dari 25 per 1000 pasien keluar
|
Sumber: Ditjen Bina
Yanmed, 2005
a.
ALOS (Average Length Of Stay)
Tabel 9
Nilai ALOS RSUD Prof.
Dr. Soekandar selama tahun 2009 sampai 2011
INDIKATOR
|
|
TAHUN
|
|
Rata-
|
|
2009
|
2010
|
2011
|
rata
|
Average Lenght Of
|
4,65
=
|
5,40
=
|
4,40
=
|
4,82 =
|
Stay
|
5 Hari
|
5 Hari
|
4 Hari
|
5 Hari
|
(ALOS)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
ALOS dari RSUD Prof. Dr.
Soekandar tidak berada pada posisi yang yang ideal. ALOS ditahun 2009 adalah 5
hari, tahun 2010 pun juga 5 hari, dan ditahun 2011 nilai ALOS menjadi 4 hari.
Karena ALOS ini menunjukkan rata-rata lama rawat seorang pasien, maka dari data
ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata rawat inap pasien di RSUD adalah selama 5
hari, yang tidak berada pada rentang ideal.
b.
BOR (Bed Occupancy Ratio)
Tabel 10
Nilai BOR RSUD Prof. Dr. Soekandar
selama tahun 2009 sampai 2011
INDIKATOR
|
|
TAHUN
|
|
Rata-rata
|
|
2009
|
2010
|
2011
|
|
Bed
Occupancy Rate
|
0,72
|
0,77
|
0,77
|
0,75
|
(BOR)
|
=
72%
|
= 77%
|
=
77%
|
=
75%
|
|
|
|
|
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
Dari data diatas, dapat
disimpulkan bahwa kinerja RSUD Prof. Dr. Soekandar telah bagus untuk indikator
BOR ini, hal ini terbukti dari masuknya kriteria ideal yang telah ditetapkan
oleh Depkes RI yakni indikator ini antara 60-85%. Nilai BOR yang ideal tersebut
juga mengindikasikan bahwa jumlah pasien yang dirawat tidak melebihi kapasitas
tempat tidur yang tersedia pada RSUD Prof. Dr. Soekandar.
c.
TOI (Turn Over Internal)
Tabel 11
Nilai TOI RSUD Prof. Dr.
Soekandar selama tahun 2009 sampai 2011
INDIKATOR
|
|
TAHUN
|
|
Rata-rata
|
|
2009
|
2010
|
2011
|
|
Turn Over Interval
|
1,83
|
1,41
|
1,33
|
1,52
|
(TOI)
|
=2 Hari
|
=1 Hari
|
=1 Hari
|
=
2 Hari
|
|
|
|
|
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
Dari hasil diatas dapat
dilihat bahwa indikator TOI RSUD Prof. Dr. Soekandar sudah baik. Kriteria ideal
untuk TOI adalah 1-3 hari, dan RSUD Prof. Dr. Soekandar mampu mencapainya.
Berdasarkan tabel diatas, nilai TOI
menunjukkan penurunan dari tahun 2009
sampai tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tempat tidur di RSUD
Prof. Dr. Soekandar sudah efisien. Terbukti dari ditahun 2009 rata-rata hari
dimana tempat tidur tidak digunakan adalah 2 hari, sedangkan ditahun 2010 dan
2011 rata-rata hari tidak digunakannya tempat tidur adalah 1 hari.
d.
BTO (Bed Turn Over Rate)
Tabel 12
Nilai BTO RSUD Prof. Dr.
Soekandar selama tahun 2009 sampai 2011
INDIKATOR
|
|
TAHUN
|
|
Rata-rata
|
|
2009
|
2010
|
2011
|
|
Bed Turn Over
|
55,29
|
59,65
|
63,71
|
59,55
|
(BTO)
|
=55 Kali
|
=60 Kali
|
=64 Kali
|
= 60 Kali
|
|
|
|
|
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
Berdasarkan tabel
diatas, nilai BTO RSUD Prof. Dr. Soekandar tidak berada dalam golongan yang
ideal. Sesuai dengan kriteria Depkes nilai ideal BTO ini adalah antara 40
sampai 50 kali.
Apabila dilihat dari
tahun ketahun indikator BTO ini selalu meningkat, pada tahun 2009 BTO RSUD
Prof. Dr. Soekandar adalah 55 kali, 60 kali ditahun 2010 dan 64 kali ditahun
2011. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi rata-rata pemakaian tempat
tidur dalam setahun masih belum baik. Secara tidak langsung tingginya nilai BTO
ini dipengaruhi oleh semakin banyaknya jumlah pasien rawat inap RSUD Prof. Dr.
Soekandar, sebab rasio ini membandingkan antara jumlah pasien keluar (hidup dan
mati) dibandingkan dengan jumlah tempat tidur, karena semakin banyaknya jumlah
pasien maka semakin banyak juga jumlah pasien yang keluar. Selain itu, tidak idealnya
indikator ini juga disebabkan karena jumlah tempat tidur di RSUD Prof. Dr.
Soekandar tidak mengalami penambahan dari tahun 2009 sampai 2011, tetapi
meskipun begitu untuk saat ini RSUD Prof. Dr. Soekandar telah mengupayakan
perbaikan dengan melakukan penambahan jumlah tempat tidur.
e.
GDR (Gross Death Rate)
Tabel 13
Nilai GDR RSUD Prof. Dr. Soekandar
selama tahun 2009 sampai 2011
INDIKATOR
|
|
TAHUN
|
|
Rata-rata
|
|
2009
|
2010
|
2011
|
|
Gross Death Rate
|
26,77
|
37,18
|
40,64
|
34,86
|
(GDR)
|
=27 Orang
|
=37
Orang
|
=41 Orang
|
= 35 Orang
|
|
|
|
|
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
GDR RSUD Prof. Dr. Soekandar secara umum sudah
bagus, karena jumlah tersebut masih berada didalam standar yang ideal untuk
GDR.
|
Exmin
|
|
:
Skor minimal yang diberikan
|
|
EXMaks:
Skor maksimal yang diberikan
|
Berdasarkan Depkes RI.
Dimana angka GDR RSUD Prof. Dr. Soekandar dari tahun 2009 sampai tahun 2011
berada pada angka kurang dari 45 penderita.
Apabila
melihat lebih lanjut pada tabel diatas, angka GDR pada RSUD Prof. Dr. Soekandar
semakin naik dari tahun ketahun, yakni ditahun 2009 jumlah pasien meninggal
hanya 27 orang, sedangkan ditahun 2010 jumlahnya menjadi 37 orang dan ditahun
2011 menjadi 41 orang.
Tabel 14
Nilai NDR RSUD Prof. Dr. Soekandar
selama tahun 2009 sampai 2011
INDIKATOR
|
|
TAHUN
|
|
Rata-rata
|
|
2009
|
2010
|
2011
|
|
Net
Death Rate
|
13,70
|
18,84
|
23,23
|
18,59
|
(NDR)
|
=14 Orang
|
=19
Orang
|
=23 Orang
|
= 19 Orang
|
|
|
|
|
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
Apabila
melihat pada indikator ideal yang ditetapkan Depkes RI, nilai NDR pada RSUD
Prof. Dr. Soekandar sudah ideal. Karena, nilai ideal untuk NDR adalah tidak
lebih dari 25 penderita untuk setiap 1000 penderita.
Tetapi,
apabila dilihat lebih lanjut, NDR di RSUD Prof. Dr. Soekandar ini dari tahun
ketahun terus mengalami kenaikan. Ditahun 2009 sebanyak 14 orang, ditahun 2010
sebanyak 19 orang dan ditahun 2011 meningkat menjadi 23 orang. Secara umum,
penyebab utama tingginya NDR ini hampir sama seperti kasus untuk GDR yaitu
pelayanan perawatan yang masih kurang memenuhi standar sehingga angka kematian
tinggi. Selain itu juga disebabkan dari jumlah pasien dari tahun ketahun selalu
bertambah banyak. Sehingga peluang untuk terjadi kematian cukup tinggi. Tetapi,
angka NDR ini lebih dapat mencerminkan kualitas pelayanan di RSUD Prof. Dr.
Soekandar, sebab angka GDR ini didasarkan atas jumlah kematian diatas 48 jam,
tidak seperti GDR yang mendasarkan jumlah kematian keseluruhan yang seringkali
menimbulkan bias, sebab banyak diantaranya sebelum pelayanan maksimal diberikan
bagi pasien dengan sakit keras yang baru dilarikan ke rumah sakit tetapi
sebelum 48 jam pasien telah meninggal.
Kinerja Perspektif Pembelajaran dan
Pertumbuhan
a.
Kepuasan Karyawan
Dari
data yang telah dikumpulkan dari hasil kuisioner dapat ditentukan interval
kepuasan karyawan RSUD Prof. Dr. Soekandar yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kepuasan pasien. Penetapan tingkat kepuasan karyawan secara keseluruhan
didasarkan pada skala yang digunakan untuk pengolahan data, yakni:
IK Maks
|
=
|
PP x R x EXMaks
|
|
|
|
Dimana:
|
|
|
|||
|
=
|
18 x 78 x 5
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
=
|
7020
|
PP
|
: Jumlah Item Pertanyaan
|
|
IK
Min
|
=
|
PP x R x EXMin
|
R
|
: Jumlah Responden
|
|
|
=
|
18 x 78 x 1
|
|
||
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
=
1404
Interval = (Ikmaks
– Ikmin) : 5
=
(7020-1404)
/ 5
=
1123
Sehinga skala tingkat kepuasan karyawan
dapat dikategorikan sebagai berikut:
1404 - 2527
|
Sangat Tidak
Puas
|
2528 - 3651
|
Tidak Puas
|
3652 - 4775
|
Cukup Puas
|
4776 - 5899
|
Puas
|
5900 - 7023
|
Sangat Puas
|
Dari hasil penyebaran
kuisioner kepada karyawan RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari. Diperoleh hasil
indeks kepuasan karyawan sebesar 5137. Sehingga, dari hasil ini karyawan RSUD
Prof. Dr. Soekandar Mojosari dapat dikategorikan puas sebagai karyawan RSUD
Prof. Dr. Soekandar. Karyawan merasa puas berada pada interval 4776 – 5899.
a.
Retensi Karyawan
Tabel 15
Nilai Retensi Karyawan RSUD Prof. Dr.
Soekandar selama tahun 2009 sampai 2011
Tahun
|
Jumlah Karyawan
|
Jumlah Total
|
Retensi
|
|
Keluar
|
Karyawan
|
Karyawan
|
2009
|
28
|
295
|
9%
|
2010
|
20
|
347
|
6%
|
2011
|
13
|
363
|
4%
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
Dari data tabel diatas,
dapat dilihat bahwa persentase retensi karyawan dari tahun ketahun semakin
menurun. Hal ini menunjukkan bahwa indikator retensi karyawan ini dari tahun
2009 sampai tahun 2011 semakin baik. Ditahun 2009 tingkat retensi karyawan RSUD
Prof. Dr. Soekandar berada pada tingkat 9%, dan berada di tingkat 6% pada tahun
2010, dan menjadi 4% di tahun 2011. Menurunnya indikator retensi karyawan ini
dapat diartikan bahwa tingkat perputaran karyawan semakin baik.
b.
Produktivitas Karyawan
Tabel 16
Produktivitas Karyawan RSUD Prof. Dr.
Soekandar selama tahun 2009 sampai 2011
INDIKATOR
|
|
TAHUN
|
|
Rata-rata
|
|
2009
|
2010
|
2011
|
|
Produktivitas
|
Rp.
|
Rp.
|
Rp.
|
Rp.
|
Karyawan
|
20.715.259
|
35.695.544
|
40.663.071
|
32.357.958
|
|
|
|
|
|
Sumber : Data Sekunder
Diolah, 2012
|
customer
acquisition, ALOS, BTO
|
Dari tabel diatas dapat
diketahui bahwa produktivitas karyawan dari tahun ketahun semakin menunjukkan
peningkatan. Ditahun 2009, produktivitas karyawan RSUD Prof. Dr. Soekandar
adalah sebesar Rp. 20.715.259, artinya rata-rata satu orang karyawan RSUD Prof.
Dr. Soekandar dapat menghasilkan pendapatan untuk RSUD Prof. Dr. Soekandar
sebesar Rp. 20.715.259 selama satu tahun. Dan di tahun 2010 peningkatan kembali
terjadi, rata-rata pendapatan yang dapat dhasilkan oleh karyawan RSUD Prof. Dr.
Soekandar adalah sebesar Rp. 35.695.544 artinya terjadi peningkatan rata-rata
14.980.285 atau sebesar 72% atas produktivitas karyawan RSUD Prof. Dr.
Soekandar tahun lalu. Dan ditahun 2011 terjadi peningkatan sebesar 14% tingkat
produktivitas karyawan dibandingkan tahun 2010. Sehingga, di tahun 2011
produktivitas karyawan meningkat menjadi Rp. 40.663.071 pertahun.Dari data ini
dapat dilihat bahwa semakin tahun, kinerja yang dihasilkan oleh karyawan
semakin baik. Sehingga, pada akhirnya dapat memberikan kontribusi berupa pendapatan
yang semakin tinggi bagi RSUD Prof. Dr. Soekandar.
Berikut ini adalah hasil
secara keseluruhan yang masuk katageri baik adalah rasio ekonomi, rasio
efektivitas, kepuasan pasien, rata-rata kunjungan, BOR, TOI, GDR, NDR, kepuasan
karyawan, retensi karyawan, produktivitas karyawan sehingga masing-masing
mendapat skor 1. Sedangkan, yang masuk kategori cukup hanya inovasi sehingga
mendapat skor 0. Dan untuk yang
tergolong
kategori kurang adalah rasio efisiensi, sehingga memperoleh skor
-1.
Total hasil bobot skor
RSUD Prof. Dr. Soekandar adalah 7 dari 16 ukuran kinerja. Sehingga, rata-rata
skor adalah = 7/16 = 0,44. Setelah diperoleh rata-rata skor, langkah
selanjutnya adalah membuat skala untuk menilai total skor tersebut, sehingga
kinerja RSUD Prof. Dr. Soekandar dapat dikatakan “kurang”, “cukup”, dan “baik”.
Dengan menggunakan skala, maka dapat diketahui kinerja RSUD Prof. Dr.
Soekandar. Berikut adalah gambar skala kinerja RSUD Prof. Dr. Soekandar:
|
|
|
Gambar 4.8
|
|
|
|
|
|
|
Skala Kinerja
|
|
|
|
Kurang
|
|
|
Cukup
|
|
Baik
|
|
-1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
0,44
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
||
|
Setelah membuat
skala, selanjutnya adalah
menentukan batas area
|
|
||||
”kurang”, ”cukup”, dan ”baik.
Maka berikut ini adalah skalanya:
|
|
|||||
-1
|
-
|
0
|
Kurang
|
|
|
|
> 0
|
-
|
0,5
|
Cukup
|
|
|
|
> 0,5
|
-
|
1,00
|
Baik
|
|
|
|
|
Dengan
demikian hasil pengukuran kinerja secara keseluruhan dari RSUD
|
|
Prof. Dr. Soekandar terdapat pada daerah
cukup, dengan skor total 0,44. Artinya, Kinerja RSUD Prof. Dr. Soekandar cukup
baik apabila diukur dengan pendekatan
Balanced Scorecard.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis data
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Perspektif
Keuangan
Kinerja RSUD Prof. Dr. Soekandar dilihat
dari perspektif keuangan dengan menggunakan instrumen Value For Money
yang terdiri atas: rasio ekonomi, rasio efisiensi, rasio efektivitas. Dari
perspektif ini secara umum RSUD Prof. Dr. Soekandar telah ekonomis artinya
realisasi pengeluaran selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan anggaran yang
telah dibuat. Selain itu, kinerja keuangan RSUD Prof. Dr. Soekandar telah
efisien, hal ini dapat dilihat bahwa telah tercapainya target pendapatan yang
dibuat pada tahun 2010 dan 2011. Sedangkan, apabila dilihat dari rasio
efisiensi, RSUD Prof. Dr. Soekandar masih belum efisien. Hal ini dikarenakan
besarnya pengeluaran yang dilakukan untuk merealisasikan pendapatannya.
2.
Perspektif
Pelanggan
Kinerja RSUD Prof. Dr. Soekandar dilihat
dari perspektif pelanggan dengan indikator kepuasan pelanggan dan customer
acquisition. Pasien RSUD Prof. Dr Soekandar telah merasa puas atas kinerja
RSUD Prof Dr. Soekandar sesuai dengan hasil kuisioner. Sedangkan untuk customer
acquisition dari RSUD Prof. Dr. Sokandar masih kurang, hal ini dapat dilihat
dari penurunan persentase akuisisi pasien dari tahun ketahun. Ditahun 2009 RSUD
Prof. Dr.Soekandar berhasil mengakuisisi 21%, kemudian turun menjadi 20%
ditahun 2010 dan 19% ditahun 2011.
3.
Perspektif
Internal Bisnis
Kinerja RSUD Prof. Dr. Soekandar dilihat
dari perspektif internal bisnis dengan indikator inovasi, Rata-rata Kunjungan
(RK), ALOS, BOR, TOI, BTO, GDR, NDR. Untuk proses inovasi sudah cukup baik,
terbukti dengan adanya pelayanan kesehatan baru ditahun 2010, begitupula pada
tahun berjalan (2012) ini, juga ada tambahan satu pelayanan kesehatan baru.
Sedangkan untuk rata-rata kunjungan juga semakin banyak dari tahun ketahun.
Untuk rasio pelayanan kesehatan secara umum sudah cukup baik. Hanya saja untuk
untuk rasio ALOS dan BTO masih belum masuk dalam kriteria ideal yang ditetapkan
oleh Ditjen Bina Yanmed. Sehingga rasio untuk ALOS dan BTO masih belum baik.
4.
Perspektif
Pembelajaran dan Pertumbuhan
Kinerja RSUD Prof. Dr. Soekandar dilihat
dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan indikator kepuasan
Karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. Untuk perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan RSUD Prof. Dr. Soekandar sudah baik. Hal ini dapat
dilihat dari hasil karyawannya yang puas apabila diukur dari keseluruhan
atribut, tapi hanya merasa cukup puas untuk atribut gaji dan promosi kerja.
Sedangkan untuk retensi karyawan dari tahun ketahun semakin menurun, hal ini
menunjukkan bahwa RSUD Prof. Dr. Soekandar semakin mampu
untuk
mempertahankan karyawannya. Begitupula dengan produktivitas karyawan yang dari
tahun 2009 sampai tahun 2011 selalu naik.
5.
Dari hasil pengukuran kinerja RSUD Prof.
Dr. Soekandar secara keseluruhan menunjukkan bahwa kinerja RSUD Prof. Dr.
Soekandar sudah cukup baik dilihat dari keempat persepektif tersebut, yakni
perspektif keuangan, pelanggan, internal bisnis dan pembelajaran dan
pertumbuhan.
Pihak RSUD Prof. Dr. Soekandar sebaiknya menggunakan
balanced scorecard untuk mengevaluasi kinerjanya untuh
tahun-tahun kedepan. Selain itu, RSUD Prof. Dr. Soekandar harus lebih
lagi mempertimbangkan penggunaan dana anggaran belanja dengan seefisien
mungkin, dan mengurangi pengeluaran yang bersifat pemborosan atau kurang
memiliki manfaat. Karyawan harus lebih lagiuntuk diapresiasi agar lebih puas
dalam bekerja, dengan meningkatkan gaji dan mempermudah promosi jabatan bagi
karyawan yang berprestasi. Dan hal penting lainnya adalah RSUD Prof. Dr.
Soekandar sebaiknya melakukan tambahan tempat tidur, sebab dari tahun 2009
sampai 2011 menurut data yang diperoleh, jumlah tempat tidur tidak berubah.
Sebab, jumlah tempat tidur ini juga penting dalam peningkatan kinerja rasio BOR
(Bed Occupancy ratio), TOI (Turn Over Internal), BTO (Bed
Turn Over Rate). Karena, penghitungan rasio tersebut menyertakan
jumlah tempat tidur
DAFTAR PUSTAKA
Aurora,
Novella. 2010. Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur Pengukuran
Kinerja. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Choiriyah, Siti. 2009. Evektivitas
penerapan balanced scorecard untuk mengukur kinerja perusahaan.
Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi UIN Malang.
Dwi Prihanto, Aji. 2006. Penerapan
Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur Penilaian Kinerja Pada Badan Usaha
Berbentuk Rumah Sakit. Skripsi. Semarag: fakultas ekonomi
Universitas Katolik Soegijapranata.
Gazperz,
Vincent. 2002. Sistem Pengukuran Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard
dengan six sigma untuk organisasi pemerintah. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Hadi, Sutrisno. 1997. Metodologi
research, untuk penulisan paper, skripsi, thesis, disertasi.
Yogyakarta: Andi.
Hermawan, Sigit. 2008. Penerapan
Balance Scorecard sebagai alat implementasi strategi dalam upaya
meningkatkan kinerja PTS “X” Sidoarjo. Jurnal venture Vol. 11, No. 2
Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. 2008.
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan
Akuntansi. Malang : Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Knap, Karl R.2001. The Balanced
Scorecard: Historical devolopment and context, as devoloped by Robert
Kaplan & David Norton. Foundations of Management, Anderson
University.
Kaplan, Robert S dan David P. Norton.
1996. Menerapkan Strategi Menjadi Aksi Balanced Scorecard.
Terjemahan Peter R. Yosi. 2000. Jakarta: Erlangga.
Mardiasmo.
2002a. Akuntansi sektor publik. Yogyakarta: Andi
Mardiasmo. 2002b. Otonomi dan
Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi.
Mirza, Teuku.
1997. Balanced Scorecard. Usahawan No. 06 tahun XXVI 1997.
MP, Ernita.2009. Balanced Scorecard
sebagai tolak ukur kinerja organisasi. Jurnal Kulture vol.10 No.1.
Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard:
Alat Kontemprer untuk pelipatgandan kinerja keuangan perusahaan.
Jakarta: Salemba empat.
Mulyadi dan Setyawan Johny. 2001. Sistem
perencanaan dan pengendalian manajemen: Sistem pelipatgandaan kinerja
keuangan perusahaan. Jakarta: Salemba empat.
Nany, Magdalena. 2008. Penerapan
Balanced Scorecard Sebagai Pengukur Kinerja Manajemen Pada Rumah Sakit
Umum Indramayu. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan. Vol.4; Hal. 48-56
Pratiwi, Umi. 2010. Balanced
Scorecard dan manajemen Strategik. Jurnal Manajemen dan Akuntansi Volume 11
No.2
Rahmani, Hadi rezma. 2010. Analisa
Pengukuran Kinerja Organisasi Nirlaba Dengan Metode Balanced Scorecard. Skripsi.
Malang: Fakultas Ekonomi UIN Malang.
Rasmini, Ni ketut supadmi, dkk. Penilaian
kinerja badan rumah sakit umum tabanan berdasarkan Balanced scorecard.
Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
RHN,
Imelda. 2004. Implementasi Balanced Scorecard pada Organisasi Publik.
Jurnal Akuntansi & Keuangan Universitas Kristen Petra Vol. 6. No. 2 hal.
106-122
Santoso,
singgih dan Tjiptono, Fandy. 2002. Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.
Jakarta: PT Gramedia.
Sunyoto, Dangang. 2012. Teori,
Kuisioner, dan Analisis Data Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: CAPS.
Sutanto, aftoni. 2012. Langkah-langkah
Pengujian Instrumen Uji Validitas dan Reliabilitas. Makalah
disajikan dalam pelatihan penulisan skripsi bagi mahasiswa program studi
manajemen FE UAD, Fakultas Ekonomi Universitas Ahamd Dahlan. Yogyakarta, 19
April 2012.
Trihastuti, Kristianingsih. 2011. Analisis
kinerja perusahaan dengan metode Balanced Scorecard. Skripsi.
Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar